Barangkali
pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya
tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau
mempercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi
melagukan Harmoni . engkau merasa
tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu, meski di masa nanti,
di mana dia, engkau tak tahu lagi. (Tasaro)
Pada
kesempatan ini, saya ingin menceritakan salah satu novel Tasaro, judulnya Aku Angin Engkaulah Samudra. Awalnya
liat buku ini excited banget karena
saya pikir buku ini adalah buku kedua dari Di
Serambi Mekkah (tapi sebelumnya kayaknya perlu saya summary sedikit tentang novel Di Serambi Mekkah [DSM]) novel DSM
berkisah tentang dua sahabat kecil, Maruta dan Samudra. Maruta artinya angin
sedangkan samudra artinya laut. Maruta bercita –cita menjadi wartawan sedang
samudra bercita2 jadi TNI. Mereka kemudian terpisah karena Maru harus ikut
ibunya pindah ke Yogya karena sudah pension saat memasuki SMP. Maru merasa
sangat kehilangan karena tidak pernah dalam hidup ia memiliki orang yang semengerti Samu mengertinya. Akhirnya singkat
cerita Maru menjadi seorang wartawan, Maru mulai tertarik dengan Aceh karena
konflik GAM dan beberapa kawannya seperti Nanggroe dan Imanda telah membuatnya
tertarik, hingga akhirnya sms tiba2 dari Samu yang mengatakan bahwa dirinya
sudah jadi TNI dan bertugas di Aceh, maka bertambah semangatlah Maru untuk
menulis tentang Aceh. Setelah sms itu, Maru dan Samu sering berkomunikasi lewat
udara, banyak yang Samu ceritakan tentang kisahnya menjadi TNI di Aceh saat GAM
sedang aktif2nya beroperasi, pahit getirnya, suka dukanya, walaupun kebanyakan
dukanya, dan yang tak kalah penting
adalah kisah cintanya dengan Malahayati (nah ini dia ni part yang paling gue
suka, kisah cintanya itu lo, kisah cinta tak biasa, Tasaro memang keren selalu
menawarkan cerita cinta berbeda) perawat tangguh yang benci TNI karena seluruh
keluarganya mati terbunuh karena TNI menganggap ayahnya pro GAM, tapi pada
akhirnya cinta memang tak butuh alasan,
ia datang begitu saja. Endingnya adalah saat tsunami 2004 ketika dikabarkan
lebih dari 80.000 orang menjadi korban. Mala begitu khawatir akan kabar Samu
karena seminggu sebelum tsunami Samu pindah ke Bireun, daerah dekat pesisir.
Tapi akhirnya Samu dan Mala selamat dari tsunami, tapi selalu daribeberapa
novel Tasaro, endingnya selalu menggantung pun dengan perjalanan cinta Mala dan
Samu yang sumpah bikin penasaran pake banget)
Nah,
sekali lagi saya katakan ketika liat tu buku sampai akhirnya bisa memilikinya,
saya bahagia Be Ge Te saya pikir itu adalah lanjutan kisah mereka, namun
sayang, saya harus menelan rasa kecewa karena ternyata ceritanya sama dengan
DSM hanya ada beberapa penambahan. Tapi anyway
gpp lah, saya tetap bahagia bisa membacanya karena banyak value
yang bisa saya ambil, saya juga jadi tau lebih banyak tentang konflik TNI dan
GAM yang tidak sesederhana pemberitaan di media, tahu tentang peristiwa simpang
Kraft , tahu bahwa GAM yang dulu dipimpin Hasan Tiro ternyata sudah melenceng
dari tujuan awal pendirinya, tahu bagaimana penderitaan rakyat sipil karena
konflik tersebut, dan tahu-tahu lainnya.
Ok,
itu saja yang ingin saya bagi, tentunya sense
yang akan didapat setelah membaca novelnya akan sangat berbeda jauh daripada
hanya membaca ringkasan sangat sederhana ini. Kalo mau ngerasain sensenya yang gk bisa sy definisikan,
langsung aja baca bukunya. Recommended.
Oh
ya, kalo suatu saat nanti bisa ketemu Tasaro, hal yang ingin sy tanyakan adalah
kelanjutan kisah Mala dan Samu, karena ini based
on the true story nya Tasaro. Kayaknya deskripsi tentang Maru persis sama
dengan deskripsi Tasaro pada buku Sewindu-nya. Sepertinya ini kisah nyata
penulis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar