Kamis, 09 Oktober 2014

Aku Angin Engkaulah Samudra





Barangkali pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau mempercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi melagukan Harmoni . engkau merasa tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu, meski di masa nanti, di mana dia, engkau tak tahu lagi. (Tasaro)
Pada kesempatan ini, saya ingin menceritakan salah satu novel Tasaro, judulnya Aku Angin Engkaulah Samudra. Awalnya liat buku ini excited banget karena saya pikir buku ini adalah buku kedua dari Di Serambi Mekkah (tapi sebelumnya kayaknya perlu saya summary sedikit tentang novel Di Serambi Mekkah [DSM]) novel DSM berkisah tentang dua sahabat kecil, Maruta dan Samudra. Maruta artinya angin sedangkan samudra artinya laut. Maruta bercita –cita menjadi wartawan sedang samudra bercita2 jadi TNI. Mereka kemudian terpisah karena Maru harus ikut ibunya pindah ke Yogya karena sudah pension saat memasuki SMP. Maru merasa sangat kehilangan karena tidak pernah dalam hidup ia memiliki orang yang  semengerti Samu mengertinya. Akhirnya singkat cerita Maru menjadi seorang wartawan, Maru mulai tertarik dengan Aceh karena konflik GAM dan beberapa kawannya seperti Nanggroe dan Imanda telah membuatnya tertarik, hingga akhirnya sms tiba2 dari Samu yang mengatakan bahwa dirinya sudah jadi TNI dan bertugas di Aceh, maka bertambah semangatlah Maru untuk menulis tentang Aceh. Setelah sms itu, Maru dan Samu sering berkomunikasi lewat udara, banyak yang Samu ceritakan tentang kisahnya menjadi TNI di Aceh saat GAM sedang aktif2nya beroperasi, pahit getirnya, suka dukanya, walaupun kebanyakan dukanya, dan yang tak kalah  penting adalah kisah cintanya dengan Malahayati (nah ini dia ni part yang paling gue suka, kisah cintanya itu lo, kisah cinta tak biasa, Tasaro memang keren selalu menawarkan cerita cinta berbeda) perawat tangguh yang benci TNI karena seluruh keluarganya mati terbunuh karena TNI menganggap ayahnya pro GAM, tapi pada akhirnya cinta memang  tak butuh alasan, ia datang begitu saja. Endingnya adalah saat tsunami 2004 ketika dikabarkan lebih dari 80.000 orang menjadi korban. Mala begitu khawatir akan kabar Samu karena seminggu sebelum tsunami Samu pindah ke Bireun, daerah dekat pesisir. Tapi akhirnya Samu dan Mala selamat dari tsunami, tapi selalu daribeberapa novel Tasaro, endingnya selalu menggantung pun dengan perjalanan cinta Mala dan Samu yang sumpah bikin penasaran pake banget)
Nah, sekali lagi saya katakan ketika liat tu buku sampai akhirnya bisa memilikinya, saya bahagia Be Ge Te saya pikir itu adalah lanjutan kisah mereka, namun sayang, saya harus menelan rasa kecewa karena ternyata ceritanya sama dengan DSM hanya ada beberapa penambahan. Tapi anyway gpp lah, saya tetap bahagia bisa membacanya karena  banyak value yang bisa saya ambil, saya juga jadi tau lebih banyak tentang konflik TNI dan GAM yang tidak sesederhana pemberitaan di media, tahu tentang peristiwa simpang Kraft , tahu bahwa GAM yang dulu dipimpin Hasan Tiro ternyata sudah melenceng dari tujuan awal pendirinya, tahu bagaimana penderitaan rakyat sipil karena konflik tersebut, dan tahu-tahu lainnya.
Ok, itu saja yang ingin saya bagi, tentunya sense yang akan didapat setelah membaca novelnya akan sangat berbeda jauh daripada hanya membaca ringkasan sangat sederhana ini. Kalo mau ngerasain sensenya yang gk bisa sy definisikan, langsung aja baca bukunya. Recommended.
Oh ya, kalo suatu saat nanti bisa ketemu Tasaro, hal yang ingin sy tanyakan adalah kelanjutan kisah Mala dan Samu, karena ini based on the true story nya Tasaro. Kayaknya deskripsi tentang Maru persis sama dengan deskripsi Tasaro pada buku Sewindu-nya. Sepertinya ini kisah nyata penulis.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar